Minggu, 15 September 2013

Beberapa Saat sebelum Kamu Pergi..

Oleh: Virqi Wahyuning Bianti

            Beberapa jam yang lalu sepertinya ada dua orang yang pergi, tapi aahh sepertinya lebih dari itu. Mungkin tiga atau kali malah empat lima enam dan...bangku itu satu per satu termangu karena tak diduduki pemiliknya. Sepertinya baru beberapa saat lalu aku tertawa dan saling mengenal dengan menjabatkan kedua tangan masing-masing. Sepertinya...aahh..Mungkin setelah ini hanya akan jadi tempat yang kemudian akan sangat aku rindu. Dan masih saja aku duduk memperhatikan pemilik bangku itu pergi satu per satu..
***
Part I
            Pagi yang masih begitu cerah, bahkan matahari baru saja mengintip samar-samar di ufuk timur sana. Aku masih berjalan satu langkah hingga ratusan langkah dari kosan tercinta menuju kampus perdanaku. Mengenakan pakaian Putih dan hitam dengan pita biru dan kuning yang menempel di jilbab putihku. Sepatu ku pun berwarna hitam legam dengan wajah seadanya. Hitam, kusam, penuh dengan jerawat sebagai pertanda, inilah aku, mahasiswa baru yang datang seadanya dan pasrah apapun dikata seniornya. Masih sepolos itu, masih sangat mengIYAkan perintah dan mendengarkan apa yang harus didengarkan, melakukan apa yang seharusnya dilakukan.
                Duduk berbaris, makan berbaris, berdiri pun dengan barisan. “Aahh kak, rasanya kakiku mulai keram karena terlalu lama berdiri, atau karena malah terlalu lama duduk berdiam diri. Aahh kak, aku sangat sangat mengantuk, bisakah bapak yang berbicara di depan itu segera mempercepat pidatonya. Aaahh kak, kenapa terlalu banyak tugas dan kegiatan yang harus kami kerjakan..Aaahh kak.....”
            Demikian terus hingga lelah pun dilupakan dengan senyumanmu, candamu serta bahagiamu saat saling menjabatkan kedua tangan dengan menjanjikan bahwa  “Aku sekarang menjadi temanmu.. entah nanti jadi seperti apapun aku..kita mulai disini dengan mengenalkan namaku dan namamu.. entah nanti kita seAkrab itu, entah nanti kita bertengkar sehebat itu, entah nanti kita akan sangat membutuhkan sebutuh itu...Aku akan tetap jadi temanmu..Jadi keluargamu di Kampus ini..Percaya itu, hingga kelak mungkin kampus ini hanya akan menjadi kenanganmu dan kenanganku, Ingat saja..kita buka dengan hari ini..”
            Seperti itu..
            Kemudian janji itu dimulai semenjak jemarimu menjabat jemariku. Tanpa Kata. Semenjak itu kamu berjanji seperti itu terhadapku. Jadi aku pegang janjimu. Seperti itu...

***
Part II          
Malam ini mataku memburam hitam, ibu jariku legam dan memar keunguan. Jam sudah menunjukkan pukul 02.00 WIB. Tulisan ini belum aku selesaikan, masih ada setidaknya empat halaman lagi. Tapi yang ini juga masih belum aku kerjakan, masih setidaknya tiiga materi lagi. Aku sudah mengantuk, bahkan sejak pagi hingga petang aku belum sejenak pun mengistirahatkan jemariku. Sungguh, aku merasa seperti dianiaya oleh asisten-asisten di setiap praktikum yang aku jalani, yang begitu teganya membiarkan jemariku bekerja selelah ini. Padahal sebelumnya jemari ini biasa dimanjakan dengan keyboard serta layar monitor dikomputerku, sekarang harus membiarkannya terlunta-lunta menyelesaikan tulisan setebal itu dengan pena berwarna biru.

       Sempat beberapa saat aku ingin mengadu, ingin menangis, ingin meneriakkan betapa tersiksanya menyelesaikan ribuan kata dengan jemariku. Kemudian lagi Tuhan mengajariku bagaimana caranya menjadi lebih kuat lagi dan lagi. Menjadi semakin tegar lagi dan lagi. Menjadi lebih dewasa kian hari per hari. Hingga nanti aku dibiarkan untuk mampu hidup dengan mandiri. Aku dibiarkan sulit dan sesulit ini dari waktu ke waktu. Sampai akhirnya jemariku tak mengenal rasa ngilu, sampai akhirnya mataku tak mengenal rasa kantuk yang menggebu-gebu, sampai akhirnya pena biru menjadi sahabat paling mengerti bagi jemariku. Sampai akhirnya lelah itu sendiri lelah mengikutiku.. Aku masih bisa berdiri tegar seperti ini..Masih bisa tersenyum seindah ini,, ini juga berkat ada kamu..yang menepuk pundakku ketika aku lelap karena tertidur pulas, yang selalu menemaniku ketika aku merasa sangat sendirian, yang menguatkan hatiku ketika aku mulai menguraikan air mata, yang mau dengan ikhlasnya berbagi suka dan duka. Iya, seperti itulah mengapa aku masih saja selalu suka bersamamu.
***

Part III
Langkahku tidak berhenti hanya berada di dalam ruangan berbangku, dengan layarnya berupa papan tulis putih yang mulai kusam karena selalu beradu dengan spidol hitam. Tidak juga hanya mendengarkan materi yang dosen berikan lalu terkantuk-kantuk sambil bergaya seolah jemari menuliskan catatan-catatan penting. Padahal sedari awal hanya ada peta garis bergaris tak karuan karena pulas mencatat cerita dalam buaian kantuk...Aaaahh tidak, bagaimana aku bisa belajar jika catatanku kosong... 

Kemudian tercium bau khas yang tidak asing bersahabat dengan hidungku, bau amis ikan itu. “Jika satu langkah kakimu menginjakkan tempat ini, jangan biarkan hidungmu tertutup rapat-rapat, sebab kamu juga butuh udara untuk bernafas. Iya, aku serius mengucapkan ini untukmu, dengan tawa lembut untuk menghiburmu :D” . Inilah bau amis, bau yang akan menjadi akrab dalam ceritaku dan ceritamu, jadi jangan tutup hidungmu rapat-rapat, aku takut entah tak lama dari ini kamu akan sangat merindukan bau amis ini, di ruangan putih ini, di tempat yang penuh dengan reagen dan alat-alat kimia ini. Aku takut kamu akan terlalu rindu, jadi biarkan hidungmu mencium bau amis ini lebih lama.. Nanti kamu pasti akan merindukannya...Jadi jangan tutup hidungmu rapat-rapat, Laboratorium juga sahabat akrabmu disini..Percaya aku kali ini..dan lagi..

         Jadi kamu masih ingin mengenal tempat yang lain lagi? Kemudian kita beranjak sebentar ke Ambarawa. Disana aku menggandeng tanganmu untuk menikmati waktu selama 24 jam di pinggir kolam ikan tawar ini. Untuk sejenak menceburkan diri didalamnya dari jam ke jam, pengukuran demi pengukuran, dan dingin demi dingin. Hingga jam yang ke-24 aku dan kamu baru bisa meninggalkan kolam ini. Jadi jaga baik-baik tubuhmu yang kuyup di tengah malam karena kolam itu. Aku sediakan jas hujan dan juga jas Lab untuk menghangatkanmu. Tempat ini memang cukup menyiksa tubuhku dan tubuhmu selama semalaman penuh, tapi kita pasti bisa sehebat itu untuk melewati ini. Percaya aku lagi..aku masih takut kelak kamu akan merindu..jadi aku ingin kamu menikmatinya meski melelahkan..
***
Part IV

Angin malam menderu-deru ditubuh kecil ini, hempasan ombak terdengar riuh ingin membasahi kuyup pakaian tipis yang aku kenakan karena terburu-buru bangun ditengah malam. Di pinggiran pantai, iyaa..LPWP.. salah satu kampusku di Jepara. Tempat yang biasa digunakan untuk praktikum lapangan atau juga Ospek lapangan. Jadi..disinilah ombak pantai mulai akrab aku jadikan teman, atau ubur-ubur kecil akrab menyengat kulit kaki dan lenganku. Tempat dimana aku menjadi hitam karena kepanasan, tempat dimana aku mulai tak berdaya karena mabuk laut, tempat dimana jukung menjadi favorite untuk ditumpangi atau bahkan menjadi alat transportasi yang penuh dengan rasa ngeri. Tempat dimana aku dan kamu bisa tidur bersama-sama dalam mess dengan jumlah kasur yang seadanya, dengan kamar mandi seperti itulah rupanya. Tempat yang biasa saja, yang tidak ada istimewanya, tetapi menjadi sangat luar biasa karena kenangannya. Tempat kita..



            Beberapa langkah yang tak jauh dari tempat itu. Banyak sekali tambak yang menampakkan pesona akan ikan atau udang, atau juga rumput laut yang asik bertengger ria didalamnya. Tempat dimana aku pernah bersusah kaki harus melewati lumpur yang dalamnya setinggi pinggangku, hanya untuk sampai ke bagian seberangnya. Tempat dimana wajahku semakin tak rupawan dengan masker lumpur alami dari dasar tambak. Tempat dimana aku masih se’semangat itu melangkah dari satu tempat ke tempat lainnya. Masih sebahagia itu melihat tawa dan tangismu secara bersamaan. Masih seindah itu, saat itu.....
           
***
End Part   
Sesaat..semua hal menjadi sangat indah ketika mengingat kembali dimana masa-masa itu aku jalani. Yang sekarang semuanya hanya tinggal menyisa di bagian otakku yang paling berharga, yang lebih suka aku menyebutnya “kenangan”. Kenangan seindah itu yang aku ciptakan bersama kamu. Yang kita jalani dari sama-sama tidak mengerti, dari sama-sama tidak tau sama sekali... kita belajar bersama saling memahami, kita melangkah bersama untuk sama-sama mengerti. Untuk menciptakan ini dan itu, untuk menyukai ini dan itu, untuk bertengkar karena hal ini dan hal itu...Aku masih selalu bersamamu, percaya itu.

            Tapi tempat ini sekarang tiba-tiba asing. Bangku yang dulunya penuh mulai satu per satu tak ditempati lagi oleh penghuninya. Tempat ini lama-lama menjadi tidak sama lagi. Menjadi tak seramai itu lagi.
            Aku masih mengingat beberapa saat lalu kamu mencubit lenganku karena tertidur pulas di kelas, aku masih mengingat beberapa jam yang lalu kamu masih memanggilku untuk berlari lekas-lekas karena kuliah akan segera dimulai. Aku masih mengingat kemarin kamu masih tersenyum bahagia berjalan bersama-sama denganku. Sepertinya baru saja tadi aku bersamamu... Tapi... Bangku yang kau duduki hari ini kosong. Kamu tidak sedang bersamaku lagi, begitu juga beberapa bangku lainnya disekitarku..

            Diamku menyengajakan fikiranku mengingat semua tentang kamu. Membiarkan otakku dipenuhi semua angan tentang kamu. Beberapa saat sebelum kamu pergi.. Kelas ini masih sangat ramai..
                Tapi kini aku mengerti.......
            Kelas ini sudah diciptakan untukmu dan untukku seindah itu. Dengan datang bersama, kemudian berjalan bersama, dan susah sedih bersama.. Aku tau.. pada akhirnya aku dan kamu harus berjuang sendiri untuk menciptakan kehidupannya sendiri... Kali ini aku tidak bisa terus menerus menggandeng jemarimu setiap waktu, karena mimpi kita tidak sama. Jalan kita tidak sama... Kita punya jalan yang semestinya kita miliki dengan perjuangannya sendiri-sendiri.. Aku tau.... sekarang bukan seperti saat kita masih dibangku sekolah..Datang bersama kemudian pergi bersama... Kali ini kita pergi dengan perjuangan kita sendiri-sendiri..dengan cara kita sendiri, dan dengan waktu kita sendirii.... Kali ini begitu.. Aku harap kamu mengerti... Aku tidak bisa lagi memaksamu untuk tetap berlama-lama disini..

            Tapi bagaimana jika aku rindu?? Bahkan baru saja satu detik kamu tidak disini aku sudah merindu sehebat ini... Kita datang dari tempat yang berbeda, dari jarak yang berupa-rupa..dari tempat yang tak mampu aku jangkau dengan jarak pandang mata.. Entah itu kapan aku mampu menggandeng jemarimu lagi dan menyambung senyuman bersamamu lagi.. Entah kapan... Rasanya masih ingin berbagi tawa denganmu setiap hari ........................................ masih ingin.
                Aku tidak tau...
            Tapi aku masih ingat, dengan janji yang kau sampaikan saat jemarimu dan jemariku saling berjabat tangan mengenalkan nama masing-masing. Aku masih ingat.. seperti ini...
“Aku sekarang menjadi temanmu..entah nanti jadi seperti apapun aku..kita mulai disini dengan mengenalkan namaku dan namamu..entah nanti kita seAkrab itu, entah nanti kita bertengkar sehebat itu, entah nanti kita akan sangat membutuhkan sebutuh itu...Aku akan tetap jadi temanmu..Jadi keluargamu di Kampus ini..Percaya itu, hingga kelak mungkin kampus ini hanya akan menjadi kenanganmu dan kenanganku, Ingat saja..kita buka dengan hari ini..”
            
Dan janji itu masih sama... “Entah nanti kamu berada jauh dariku, entah nanti tempatku dekat denganmu, entah nanti mungkin aku tak bisa bertemu lagi denganmu, entah nanti aku bisa bertemu denganmu setiap waktu... Ingat saja..Aku tetap temanmu.. Tidak akan ada yang mampu menciptakan JEDA pertemanan selain Tuhan. Sampai kelakTuhan benar-benar memisahkan Aku dan kamu.....bukan soal jarak..bukan soal waktu..dimanapun tempatnya..Ingat saja..Aku tetap temanmu..”
            Jadi tetaplah seperti ini...kamulah temanku... sahabatku... keluargaku.... bahagialah mengejar impian kita... entah itu ada sembilan puluhan lebih mimpi dari keseluruhan jumlah kita.. sebanyak itu dan lebih lagi dari itu aku mengingat kamu.. seramai itu kamu menciptakan bahagia dikelasku... sampai suatu saat nanti.. kelas ini hanya akan jadi “Bukti Kenangan” tanpa kata yang berbahagia melihat alumni penghuninya mengukir sukses-sukses hidupnya di luar sana.....
            Jadi tetaplah seperti ini.........
            Kamulah sahabatku.. temanku .. J
            Beberapa saat sebelum kamu pergi..Kelas ini masih sangat ramai .. :’)


Special Dedicated for All of My Best Friend at THP (Teknologi Hasil Perikanan) 2009 FPIK UNDIP.

Terima Kasih untuk semua bahagia yang tidak bisa panjang saya ceritakan melalui kata-kata..
Bahkan satu hari bersama kalian bisa menjadi satu buku untuk dituliskan...Apalagi empat tahun... :’)
Mungkin tulisan ini tidak bisa selengkap itu..
Tulisan ini hanya bisa sebatas itu..sebatas membantu mengenang sekecil itu...
Selebihnya kenangan itu lebih banyak bahagia tersimpan di hati & fikiran kita masing-masing.....
Terima Kasih..
Selalu bahagia dipertemukan oleh kalian semua....


VirQi

Semarang, 13-14 September 2013


( Mohon maaf apabila ada pihak yang dirugikan dari penulisan ini dan apabila ada foto yang kurang sesuai.. foto diambil secara acak dari album yang saya miliki ) ...