Minggu, 26 Januari 2014

Tidak Pernah Hadir_

Malam yang dingin, sembari ditemani hujan yang berderai-derai membasahi tiap jengkal dari tanah kering menjadi sangat basah. Bisa jadi memang sudah banjir, sudah berlumuran air digelonggongan daratan menjadi bak lautan yang kotor. Tak elak memang, kotaku terkenal dengan sebutannya "Semarang Kaline Banjir". Di beberapa wilayah, terutama Semarang bagian bawah memang sangat rawan sekali akan banjir, karena beberapa sebab yang tentunya lebih baik dibahas oleh para pakar hujan. Tetapi berbeda dengan kecamatanku yang notabene berada di wilayah bagian atas karena Bersyukurnya disini banjir enggan mampir.

Bukan banjir yang membuat jemariku bertengger di tulisan ini, melainkan kalimat "Tidak Pernah Hadir" yang tiba-tiba mampir ke otakku. Tetapi bukan tentang ku, bukan juga tentang siapapun, ini hanya tentang suatu hal yang berhubungan dengan "kehadiran".
Tentang hubungan jarak dekat, tentang hubungan jarak jauh, tentang keberadaan, tentang ketiadaan dan tentang pengharapan.

Taukah kamu? berada dekat belum tentu "selalu ada", meski selalu di sisi.
tetapi berada di dekat bukan berarti juga tidak selalu ada, karena pun bagaimana kondisinya melihat senyumannya disampingmu itu jauh lebih menyenangkan. Melihatnya bahagia menggandeng jemarimu pun sangat menenangkan..

Juga taukah kamu? berada jauh tetapi selalu di hati, berada jauh tetapi selalu di(ingini) dan berada jauh tapi selalu dinanti adalah sebuah pengharapan terbesar yang juga tidak kalah menyenangkannya. Karena menjadikan sebuah pertemuan itu bernilai tak terhingga..
Iya.. maka percayalah, meski "Tidak Pernah Hadir, tetapi akan menjadikannya Selalu Ada"..


Selasa, 14 Januari 2014

Istriku (Satu-satunya Cinta kepada Hawa yang Tuhan Ciptakan Untukku) ..

       Fajar yang sejuk, selepas makan sahur serta solat subuh di kediamanku. Tidak lebar memang, tidak juga mewah. Hanya sebuah gubuk sederhana dengan paduan genting, dinding, jendela, tiga ruang kamar, satu ruang belajar, dan satu lagi ruang sholat, kemudian dapur. Sangat sederhana, tetapi akan sangat mewah dan gemerlap seperti hotel bintang lima ketika anak, menantu, serta cucu-cucuku hadir memenuhi senyap dengan ramai yang tiada pernah bisa digantikan dengan segala bahagia lainnya. Selain berbaur tawa bersama mereka. Iya, detik-detik menuju hari raya idul fitri dikediamanku pasti akan seramai ini...

      Bagaimana tidak, aku memiliki delapan anak dan enam dari mereka telah memberikanku cerita baru dengan tawa cucu-cucu pelipur senduku. Bahkan aku hampir selalu lupa menyebutkan nama mereka satu-persatu. Iya.. aku bisa memanggil satu cucu dengan lima atau bahkan enam kali sebutan nama, untuk memastikan bahwa itu benar memang namanya... seperti misalnya, yang ingin aku panggil Niki, aku harus menyebut “Ko, Cha, Nda, Ka, Yu, Ning, sampai Ki”.. yang tanpa kusadari selalu membuat mereka tertawa terbahak-bahak acapkali aku memanggil seperti itu.. Iya.. ramai bukan? Aku bahagia. Hanya dengan melihat, mendengar, dan menggendong atau bahkan mencium pipi-pipi kecil mereka.. Disitulah tinggal sisa bahagiaku. Bukan dari harta atau kemewahan lainnya. Bahagia paling membahagiakan dalam hidupku. Bukan hanya sekedar harta.. Bukan..
***
          
             Hari ini.. hari terakhir menjalani puasa di bulan Ramadhan, esok hari sudah Idul Fitri. Ini akan sangat ramai sekali. Dapur akan penuh dengan asap. Dengan bulu-bulu ayam serta potongan-potongan daging yang siap untuk dijadikan opor. Juga janur-janur kuning yang sedang beramai-ramai dianyam untuk segera dijadikan wadah bagi ketupat-ketupat lebaran. Juga tawa serta lari-larian cucu-cucu kecilku yang menambah ramai ini semakin pecah..

         Iya.. Istriku akan sibuk didapur menjadi kepala dapur yang akan menyiapkan dan memimpin segala masakan yang akan segera dimasak. Entah menjadi opor kah itu.. entah menjadi ketupat kah itu.. Disitu Istriku memandu anak dan menantu perempuan nya untuk bersama-sama menanak segala masakan itu untuk segera bisa disantap pada keesokan harinya..

          Istriku memang sedikit cerewet. Dia akan memarahiku acapkali aku lalai atau tidak menjalankan pekerjaan dengan benar. Istriku akan mengomel sepanjang waktu sampai aku benar-benar menjalani pekerjaanku dengan benar. Seperti zakat fitrah yang hampir terlupakan, seperti bunga untuk ziarah yang hampir terlupakan, seperti kambing ternak yang lupa digiring untuk dimasukkan ke kandang nya, seperti ayam-ayam dan itik yang harus segera diberi pakan nya. Seperti selalu menasehatiku untuk tidak makan terlalu pedas, karena efeknya akan membuatku bersin-bersin tanpa henti. Benar sekali.. bahkan cucu-cucuku suka menghitung sampai berapa kali hitungan bersinku akan terhenti.
Iya.. Istriku selalu se-cerewet itu mengingatkan dan menasehatiku..Meski terkadang aku masih selalu lupa dan selalai itu. Masih saja akan selalu membuatnya se-cerewet itu. Se-bawel itu...

***
          Tapi hari ini berbeda..
Meski dapur masih tetap sama, masih banyak anak dan menantu perempuanku yang sibuk menanak segala persiapan untuk makan di esok hari.. Meski cucu-cucuku masih berlari-larian dan bercanda gurau seramai itu. Meski Tempat dan waktunya masih begitu. Masih ramai dan tidak sendu senyap..
Tapi ini berbeda.. sampai beberapa jeda aku menghela nafas panjang. Menatap senyum dan canda cucu-cucuku...

Lalu perlahan berjalan membawa bunga-bunga dan sepucuk buku Yasin.. Aku berjalan kaki menuju tempat dimana dulu seseorang yang berada disini pernah menjadi bagian paling membahagiakan dalam hidupku..

Jemariku gemetar.. 
Menaburkan bunga-bunga di peraduan terakhirnya...
Mendongengkannya dengan surat Yasin..
Juga dengan Doa kepada cinta yang tiada pernah habisnya...
Meski rasanya masih se-Getir ini...
Melepaskan Ikhlas untuk cinta dan bahagianya disana...

Istriku...
Yang Tiada pernah ku lupakan jerih payah dan cintanya kepadaku ..
Yang sedang berbahagia disanaa...
Karena berkelimpahan akan doa dan cinta dari anak, menantu, serta cucu-cucunya.. yang tiada pernah terputus untuknya..


Istriku..
Satu-satunya cinta kepada Hawa yang Tuhan ciptakan untukku..
Untuk keluargaku..... :’)

(Cerita ini didedikasikan untuk Eyang Kakung dan Alm. Eyang Putri serta keluarga besar yang tiada Pernah habis masanya)
Salam sayang dari cucu..
Virqi W. Bianti
Semarang, 14 Januari 2014

Senin, 13 Januari 2014

Ambillah Ke(punya)anku ..

Aku tidak sedang banyak waktu..
tidak sedang bersantai atau sekedar bergurau canda dengan teman ataupun dengan kekasihku..
Hari-hariku beberapa saat ini masih sama..
masih berkutat dengan cintanya terhadap "Toga"..
atau mungkin lebih tepatnya cinta yang "diharuskan" untuk diselesaikan..
Mungkin..
Ada cinta semacam itu..
Yang berani dimulai.. karena berani untuk diakhiri..

Aku tidak sedang berbaik hati.. tidak juga sedang sangat marah..
Ini malamku.. aku terbiasa menyiasatkan penat akan luka atau skripsi dengan tulisan..
Mungkin sedikit memberi "sejuk" yang sedari kemarin membatasi otakku untuk menghembus segarnya..
Mungkin..
Ada "sejuk" semacam itu..
Yang menyejukkan dengan menyalurkan hobi..

Mudah memang..
Menulis dengan hati
karena hanya dapat diselesaikan dengan 5 detik..
sedangkan menulis dengan fikiran dan "referensi" membutuhkan 5 hari.. itupun dengan jurus super kilat..
Yaaa.. mungkin..
Kata mereka aku salah masuk Jurusan..
Salah masuk dunia "ikan"..
Sedangkan bahagianya dengan "tulisan"..

Aku bilang Tidak,,
tidak ada yang salah dengan aku masuk dimana dan belajar apa..
Bagiku tidak ada yang salah dengan menggeluti suatu ilmu..
selama itu bermanfaat semuanya menjadi benar..
Yaa.. itu (bagiku) tentunya..


Seperti halnya cinta..
Tidak ada yang salah dengan jatuh cinta..
tidak ada yang salah dengan juga tidak dicintai..
tidak ada yang salah dengan memiliki..
tidak ada yang salah dengan juga tidak dimiliki..
Yang salah hanyalah "pelakunya".. bukan "cintanya"..

Bahkan tidak ada perlombaan dalam dunia "percintaan"
kalau ada.. apa aku akan menjadi urutan ke seratus dari urutan pertama??
Iya..
Aku tidak sempurna..
Banyak kekurangan..
pun Belum pernah menang...
Yang aku menangkan hanyalah menjadi Diriku Sendiri..

Apalah arti bahagia jika harus terus dicerca..
Jika dengan mengambil bahagiaku orang lain akan menuai banyak bahagia..
Maka ambillah.. ..

Luka ku akan sembuh ber"iringan dengan waktu yang tertatih maju..
Ya...
karena aku tau... 
sembuh itu akan sampai terhadapku..
Maka luka hari ini hanya akan menjadi "lubang" yang nantinya akan menghiasi renda-renda di bagian hiidupku..



Jadi ambillah....
Aku tidak akan memperjuangkan sesuatu yang terus-terusan membuat orang lain membenciku..
Apalah arti satu jika Tuhan masih akan selalu memberi "lebih" terhadapku dengan keikhlasan...

Aku diberi satu.. Lalu orang lain meminta "satu" yang aku punya..
Haruskah aku memaksa untuk jangan mengambil apa yang menjadi satu-satunya ke(punya)anku???
Tidak..

Maka ambillah...
Dan jangan pernah menyita waktuku lagi dengan "dendam" yang mengerak kering dihatimu..
Aku "LELAH".....


Virqi W. Bianti,
Semarang, 13 Januari 2014

Jumat, 10 Januari 2014

Kamu? Di bagian manaku?

Ini Fajar...
Dengungan merdu azdan membangunkan jiwa yang kenyang akan mimpi di malam dan di tidurnya..

Tapi tebak..
Aku bahkan belum tertidur malam ini..
Belum menyicip aroma bantal dan mengintip mimpi indahku..
aaaahhh rupanya...
Karena sempat tak memberhentikan otak dan jemari dengan "kata-kata ber-Referensi" atau skripsi atau apalah itu namanya...
Aku lupa memanjakan tubuh dengan tidur...
dan mungkin sejenak setelah Ibadah Subuh selesai..
Aku akan melupakanmu..
Sejenak dalam tidur ..
atau mungkin kau tertarik untuk bersamaku dalam mimpi yang entah itu keji entah itu menyenangkan???
Aaahh itu terserah kamu saja..
Bahkan dimanapun dan bagaimanapun keadaannya..
kamu selalu "ADA" .. bahkan di alam bawah sadarku pun kamu "NYATA"..

Jadi jangan takut..
entah tidur pun itu..
entah ibadah kah itu..
entah sibuk kah itu..

Namamu sudah tersemat kaku di bagian syaraf pengingat paling hebat di otakku..

dan bagaimanapun kondisinya..
selalu ada "kamu"...

Jadi.. kalau ada yang bertanya kamu ada dibagian mananya aku..
jawab saja...
di semua bagian yang punya perasa, pengingat, penglihat, pendengar, pencium, dan pencinta.. (di dalamnya.. selalu ada "kamu"..)


Semarang
10 Januari 2014
VirQi W. Bianti