Kamu kelelahan, aku tau. Wajahmu lusuh, matamu sayu, senyummu kadang terpancar kaku. Aku tau. Tapi kamu tetap disini, disampingku, berdiri sambil memegangi pundak atau pinggang sesekali, menjagaku agar tidak lepas dari jangkauanmu. Aku tau kamu kelelahan, tapi kamu tetap disini, disampingku, seolah kamu baik-baik saja.
Aku tau kamu kelelahan, tapi kamu berusaha tetap ada disini, disampingku. Jahatkah aku? atau aku terlalu memaksamu?. Kenapa tidak protes lalu bilang "Aku lelah, bisakah kali ini aku istirahat dulu?", atau karena hal semacam itu bisa membuatku "Ngambek" semalaman dan tidak menghubungimu?. Iya, aku tau. Aku sejahat itu. Hingga kemudian membuatmu tidak pernah protes acapkali pergi saat sedang kelelahan. Aku tau..
Saat kerjamu pulang lebih malam, pasti akan ada Bbm yang menanyakan mau makan duluan atau menunggumu, meskipun kamu tau jawabanku apa. Saat akan pergi ke suatu tempat tetapi jam kerjamu belum selesai, pasti akan ada Bbm yang memberitahukanku untuk tidak menunggu..
Kamu kelelahan, tapi tetap mencintaiku dengan segala kemampuanmu. Aku saja yang tidak faham, aku saja yang tidak mau mengerti.
Terima kasih selalu Ada. Aku tidak akan pernah berharap meninggalkanmu, jika mengingat kembali betapa besarnya pengorbananmu. Betapa besarnya cintamu..
Terima kasih sayang..
Untuk lelah yang kau bagi demi aku bahagia :')
Tulisan lama yang belum sempat di unggah,
Edit Ulang 12 Juni 2016
With Love..
Virqi Wahyuning Bianti ..
Rajin menggalau dan (seakan) terluka. Sebab galau dapat menelurkan karya.
Menu Bar
Minggu, 12 Juni 2016
Kamu Masih Bahagia?
Sudah
terlalu lama bersama. Aku sampai lupa harus menceritakanmu bagaimana. Layar
monitor hanya menatapku jemu, jemariku menyentuh keyboard dengan kaku. Harus
aku mulai darimana. Dari apa. Semuanya hanya terasa sudah terlalu lama. Sampai
aku lupa bahwa yang dulunya luar biasa menjadi terbiasa, yang dulunya sangat
bahagia sekarang menjadi bahagia saja. Sampai aku lupa bahwa tanpa ada kamu,
aku bukan apa-apa.
Kamu sudah
bahagia? Aku kawatir karena sudah terlalu lama bersama, aku lupa caranya
membuatmu bahagia. Atau karena terlalu asik pada jarak aku melupakan
romantisnya kebersamaan. Indahnya bisa merasakan sarapan bersama, makan siang
bersama, atau sekedar celotehan bersama yang dulu biasa kita lakukan, sebelum
akhirnya sekarang jarak menghapus beberapa kebiasaan itu..
Kamu masih
bahagia?
Jarak
benar-benar menjadikan aku se-kaku ini pada kata-kata. Pada bahasa-bahasa yang
dulu bisa aku ciptakan banyak-banyak hanya untuk mendeskripsikan kamu
bagaimana. Apa aku yang lupa? Atau jarak yang menciptakan bias diantara kita?
Yang aku tau
‘Aku Mencintaimu’. Karena membayangkan tidak ada kamu saja aku tidak mampu,
bagaimana jika benar kamu tidak ada? Aaahh aku tidak mau..
Hanya saja
beberapa hal tentang kebersamaan mulai jauh untuk aku mudah menciptakan bahasa
indah tentang kamu. Atau akunya yang memang sudah terlalu kaku menciptakan
kata-kata karena lama aku tinggalkan..
Semenjak
jarak datang. Semenjak itu juga kata-kata aku tinggalkan.
Kamu masih
bahagia?
Jarak tidak
benar-benar menciptakan bias. Karena dibaliknya aku memahami beberapa makna tentang
rasa sabar, memahami beberapa hal tentang penantian. Tentang kapan aku harus
mengatur waktu untuk akhirnya bertemu kembali denganmu. Tentang hal apa saja yang
akan kita lakukan sama-sama ketika waktu bertemu itu tiba.
Aku tidak pernah
lupa bahwa menanti setiap pertemuan itu rasanya sungguh bahagia. Meski kadang
jarak menciptakan sendu akibat rindu. Meski terkadang jarak tak mampu
menjadikanku benar-benar tertawa bersama dengan menatap wajahmu. Aku tetap
bahagia, karena didalamnya selalu ada kamu. Meski jauh, meski tak di sisi.
Aku
Mencintaimu..
Melalui
bahasa rindu yang tidak bisa jelas terdengar langsung ditelingamu.
Melalui
jarak yang setiap centimeternya ada namamu, yang setiap meternya ada rindu..
Intensitas Kita bertemu
mungkin tidak bisa seperti dulu.
Tetapi
selalu ada janji untuk bertemu. Selalu ada harapan untuk digapai. Selalu ada
pertemuan untuk melepaskan segala penat tentang kerinduan.
Iya. Waktu
pasti akan terus berjalan, dan pertemuan juga pasti kembali datang.
Disana aku
masih selalu menyambutmu dengan senyuman, dengan rasa sayang yang sama..
Iya..
Aku
mencintaimu. Kepada jarak yang menjadikan kita tetap Ada.. J
Pesisir
Barat, Lampung
VirQi
12 Juni 2016
Selasa, 10 Juni 2014
Aku Pamit, Jika Tuhan berbaik Hati, Aku bisa Kembali..
Aku menuliskan ini beberapa waktu sebelum meninggalkan kota rantauku. Dimana semua hal kisah cinta dan kenangan pernah menjadi satu disini. Hanya 5 tahun mungkin, terkesan baru kemarin datang kemudian sekarang sudah harus pergi. Semarang, kota kenanganku. Dulu, kota ini hanyalah sebatas kota yang aku tau dari pelajaran sosial tentang peta Indonesia, yang jaraknya memang hanya sejengkal jika mengukurnya melalui buku atlas jaman-jaman sekolah dasar dulu. Pernah bermimpi kesini? Tidak. Mengingat pernah akan menginjakkan kaki disinipun tidak pernah. Iya. Ini kota rantauku, kota tanpa planning yang aku datangi sendirian. Tanpa sanak saudara, tanpa tau menau tentang kota ini. Tentang panas dan keringat mengucur yang tidak pernah aku lupa di moment pertama tidur malam disini. Kota pertama yang aku tinggali setelah kota kelahiranku, selain Sumatera tentunya.
Bagaimana menceritakannya? Harus memulai dari awal rasanya jemariku tidak sanggup mengukir kata demi katanya banyak-banyak. Karena pun kisah ini lebih banyak dari pada banyak-banyak sekalipun. Tentang Kuliah? Tentang teman? Tentang sahabat? atau tentang Cinta?. Aah terlalu banyak. Album foto di memory Notebook ku saja sudah berGiga-giga banyaknya. Apalagi album di chip otakku, mungkin sudah hampir ratusan hingga ribuan giga banyaknya.
Iya. Ini hanya kota persinggahan, aku tidak lupa. Sekarang tiba saatnya mengepakkan semua barang-barang dikamarku ini ke dalam kardus-kardus kosong hingga kemudian penuh dan bersih. Bersih memang, tapi hanya barang-barang dikamarku ini yang bersih, tidak dengan kenangannya. Terima kasih. Terima kasih karena bersedia menjadi tempat pelipur sendu, tempat pelipur lelah, tempat pelipur amarah, serta tempat penerima bahagia dan tawa. Mungkin beberapa bulan ke depan tempat ini sudah penuh lagi dengan barang-barang yang lain, dengan penghuni yang lain. Merindukanmu itu pasti, menjaga kenanganmu itu juga pasti. Jadi aku lepaskan pelan-pelan, ikhlas selalu jadi pilihan paling tepat, setelah air mata tentunya...
Terima kasih..
Kota kenanganku..
Lima tahun tidak sebentar untuk melepasmu begitu cepat.
Jika Tuhan masih mengizinkan, suatu saat nanti akan ada waktunya aku kembali. Mengenang lagi.
Jadi sekarang aku pamit pergi.
Semarang, 10 Juni 2014
VIRQI
Bagaimana menceritakannya? Harus memulai dari awal rasanya jemariku tidak sanggup mengukir kata demi katanya banyak-banyak. Karena pun kisah ini lebih banyak dari pada banyak-banyak sekalipun. Tentang Kuliah? Tentang teman? Tentang sahabat? atau tentang Cinta?. Aah terlalu banyak. Album foto di memory Notebook ku saja sudah berGiga-giga banyaknya. Apalagi album di chip otakku, mungkin sudah hampir ratusan hingga ribuan giga banyaknya.
Iya. Ini hanya kota persinggahan, aku tidak lupa. Sekarang tiba saatnya mengepakkan semua barang-barang dikamarku ini ke dalam kardus-kardus kosong hingga kemudian penuh dan bersih. Bersih memang, tapi hanya barang-barang dikamarku ini yang bersih, tidak dengan kenangannya. Terima kasih. Terima kasih karena bersedia menjadi tempat pelipur sendu, tempat pelipur lelah, tempat pelipur amarah, serta tempat penerima bahagia dan tawa. Mungkin beberapa bulan ke depan tempat ini sudah penuh lagi dengan barang-barang yang lain, dengan penghuni yang lain. Merindukanmu itu pasti, menjaga kenanganmu itu juga pasti. Jadi aku lepaskan pelan-pelan, ikhlas selalu jadi pilihan paling tepat, setelah air mata tentunya...
Terima kasih..
Kota kenanganku..
Lima tahun tidak sebentar untuk melepasmu begitu cepat.
Jika Tuhan masih mengizinkan, suatu saat nanti akan ada waktunya aku kembali. Mengenang lagi.
Jadi sekarang aku pamit pergi.
Semarang, 10 Juni 2014
VIRQI
Langganan:
Postingan (Atom)