Minggu, 12 Juni 2016

Kamu Masih Bahagia?

Sudah terlalu lama bersama. Aku sampai lupa harus menceritakanmu bagaimana. Layar monitor hanya menatapku jemu, jemariku menyentuh keyboard dengan kaku. Harus aku mulai darimana. Dari apa. Semuanya hanya terasa sudah terlalu lama. Sampai aku lupa bahwa yang dulunya luar biasa menjadi terbiasa, yang dulunya sangat bahagia sekarang menjadi bahagia saja. Sampai aku lupa bahwa tanpa ada kamu, aku bukan apa-apa.

Kamu sudah bahagia? Aku kawatir karena sudah terlalu lama bersama, aku lupa caranya membuatmu bahagia. Atau karena terlalu asik pada jarak aku melupakan romantisnya kebersamaan. Indahnya bisa merasakan sarapan bersama, makan siang bersama, atau sekedar celotehan bersama yang dulu biasa kita lakukan, sebelum akhirnya sekarang jarak menghapus beberapa kebiasaan itu..
Kamu masih bahagia?

Jarak benar-benar menjadikan aku se-kaku ini pada kata-kata. Pada bahasa-bahasa yang dulu bisa aku ciptakan banyak-banyak hanya untuk mendeskripsikan kamu bagaimana. Apa aku yang lupa? Atau jarak yang menciptakan bias diantara kita?

Yang aku tau ‘Aku Mencintaimu’. Karena membayangkan tidak ada kamu saja aku tidak mampu, bagaimana jika benar kamu tidak ada? Aaahh aku tidak mau..

Hanya saja beberapa hal tentang kebersamaan mulai jauh untuk aku mudah menciptakan bahasa indah tentang kamu. Atau akunya yang memang sudah terlalu kaku menciptakan kata-kata karena lama aku tinggalkan..
Semenjak jarak datang. Semenjak itu juga kata-kata aku tinggalkan.

Kamu masih bahagia?
Jarak tidak benar-benar menciptakan bias. Karena dibaliknya aku memahami beberapa makna tentang rasa sabar, memahami beberapa hal tentang penantian. Tentang kapan aku harus mengatur waktu untuk akhirnya bertemu kembali denganmu. Tentang hal apa saja yang akan kita lakukan sama-sama ketika waktu bertemu itu tiba. 
Aku tidak pernah lupa bahwa menanti setiap pertemuan itu rasanya sungguh bahagia. Meski kadang jarak menciptakan sendu akibat rindu. Meski terkadang jarak tak mampu menjadikanku benar-benar tertawa bersama dengan menatap wajahmu. Aku tetap bahagia, karena didalamnya selalu ada kamu. Meski jauh, meski tak di sisi.

Aku Mencintaimu..
Melalui bahasa rindu yang tidak bisa jelas terdengar langsung ditelingamu.
Melalui jarak yang setiap centimeternya ada namamu, yang setiap meternya ada rindu..
Intensitas Kita bertemu mungkin tidak bisa seperti dulu.
Tetapi selalu ada janji untuk bertemu. Selalu ada harapan untuk digapai. Selalu ada pertemuan untuk melepaskan segala penat tentang kerinduan.
Iya. Waktu pasti akan terus berjalan, dan pertemuan juga pasti kembali datang.
Disana aku masih selalu menyambutmu dengan senyuman, dengan rasa sayang yang sama..
Iya..
Aku mencintaimu. Kepada jarak yang menjadikan kita tetap Ada.. J


Pesisir Barat, Lampung
VirQi
12 Juni 2016


Read More......
Sudah terlalu lama bersama. Aku sampai lupa harus menceritakanmu bagaimana. Layar monitor hanya menatapku jemu, jemariku menyentuh keyboard dengan kaku. Harus aku mulai darimana. Dari apa. Semuanya hanya terasa sudah terlalu lama. Sampai aku lupa bahwa yang dulunya luar biasa menjadi terbiasa, yang dulunya sangat bahagia sekarang menjadi bahagia saja. Sampai aku lupa bahwa tanpa ada kamu, aku bukan apa-apa.

Kamu sudah bahagia? Aku kawatir karena sudah terlalu lama bersama, aku lupa caranya membuatmu bahagia. Atau karena terlalu asik pada jarak aku melupakan romantisnya kebersamaan. Indahnya bisa merasakan sarapan bersama, makan siang bersama, atau sekedar celotehan bersama yang dulu biasa kita lakukan, sebelum akhirnya sekarang jarak menghapus beberapa kebiasaan itu..
Kamu masih bahagia?

Jarak benar-benar menjadikan aku se-kaku ini pada kata-kata. Pada bahasa-bahasa yang dulu bisa aku ciptakan banyak-banyak hanya untuk mendeskripsikan kamu bagaimana. Apa aku yang lupa? Atau jarak yang menciptakan bias diantara kita?

Yang aku tau ‘Aku Mencintaimu’. Karena membayangkan tidak ada kamu saja aku tidak mampu, bagaimana jika benar kamu tidak ada? Aaahh aku tidak mau..

Hanya saja beberapa hal tentang kebersamaan mulai jauh untuk aku mudah menciptakan bahasa indah tentang kamu. Atau akunya yang memang sudah terlalu kaku menciptakan kata-kata karena lama aku tinggalkan..
Semenjak jarak datang. Semenjak itu juga kata-kata aku tinggalkan.

Kamu masih bahagia?
Jarak tidak benar-benar menciptakan bias. Karena dibaliknya aku memahami beberapa makna tentang rasa sabar, memahami beberapa hal tentang penantian. Tentang kapan aku harus mengatur waktu untuk akhirnya bertemu kembali denganmu. Tentang hal apa saja yang akan kita lakukan sama-sama ketika waktu bertemu itu tiba. 
Aku tidak pernah lupa bahwa menanti setiap pertemuan itu rasanya sungguh bahagia. Meski kadang jarak menciptakan sendu akibat rindu. Meski terkadang jarak tak mampu menjadikanku benar-benar tertawa bersama dengan menatap wajahmu. Aku tetap bahagia, karena didalamnya selalu ada kamu. Meski jauh, meski tak di sisi.

Aku Mencintaimu..
Melalui bahasa rindu yang tidak bisa jelas terdengar langsung ditelingamu.
Melalui jarak yang setiap centimeternya ada namamu, yang setiap meternya ada rindu..
Intensitas Kita bertemu mungkin tidak bisa seperti dulu.
Tetapi selalu ada janji untuk bertemu. Selalu ada harapan untuk digapai. Selalu ada pertemuan untuk melepaskan segala penat tentang kerinduan.
Iya. Waktu pasti akan terus berjalan, dan pertemuan juga pasti kembali datang.
Disana aku masih selalu menyambutmu dengan senyuman, dengan rasa sayang yang sama..
Iya..
Aku mencintaimu. Kepada jarak yang menjadikan kita tetap Ada.. J


Pesisir Barat, Lampung
VirQi
12 Juni 2016


Tidak ada komentar:

Posting Komentar