Kamis, 20 Februari 2014

Mawar dan Hujan..

Ini hanya sebatas senyap malam..
Rembulan pun sudah pergi semenjak tadi. Mungkin aku terlalu malam, atau mungkin terlalu pagi..
Mataku hanya enggan memejam, lalu tepat juga harus kembali ke tombol keyboard yang sama (lagi)..
Terkadang ingin sesekali ‘aku benci’ mengisyaratkan tiap kataku dengan tulisan,,
Aaahhh tapi merekalah yang selalu saja kembali menanyakan hal yang sama.
Sudahkah Novel Anda terbit?
Iya. Sesekali juga ingin rasanya mendokumentasikan beberapa hal ke dalam sebuah kertas dengan beberapa ratus lembar. Mungkin setelahnya aku bosan. Mungkin.
Karena sayangnya, acapkali bosan justru tulisan yang menyegarkan nafas sesak yang mengalir ke otakku..
Sementara aku berfikir bahwa dewasa akan sampai kepada tempatnya, juga kepada waktunya..
Sedangkan aku lupa, umurku sudah menginjak kepala dua.. bahagia kah?
Bukan..
Bukan bahagia yang sedang ingin aku tuliskan. Tapi, sudah cukupkah?
Sudah cukupkah harus bermain-main dengan kata-kata yang berulang-ulang sama,
Lagi-lagi kembali..
Kemudian mengarah ke tujuan yang akan sama..
Jadi sudah cukupkah??
Sudah cukupkah menjadikan dunia ini seperti taman bermain??

Aaahh Iya, aku ingat..
Ada beberapa kalimat yang aku kutip dari sebuah drama Korea..
Kira-kira begini:
“Adakah mawar yang mekar tumbuh tanpa melalui guncangan?
“Adakah mawar yang mekar tumbuh tanpa kehujanan?
“Bisakah mawar memilih untuk tidak terguncang oleh angin?
“Bisakah mawar memilih untuk bersembunyi dari hujan?
“Justru karena guncangan angin, rantingnya tumbuh tegak dan kokoh..
“Justru karena air hujan, bunga yang kuncup mekar dengan sempurna..
“Lalu bagaimana dengan hidup?
“Kamu tidak akan pernah bisa terus memilih untuk menghindari, karena setiap guncangan akan selalu datang dihidupmu...masalah akan selalu mengikutimu.. Maka hadapi..”
“Justru karena guncangan, fikiranmu tumbuh semakin dewasa
“Justru karena masalah, hatimu tumbuh semakin kuat
“Justru karena dihadapi, masalah akan menjadi tak berarti..”

Iya..
Maka sudah cukup..
Jangan memaksakan sesuatu yang tidak bisa lagi dipertahankan..
Jangan mengikat sesuatu yang tidak bisa lagi diikat..
Jangan terus menerus mencoba hal yang sama secara berulang-ulang, padahal sudah tau itu tidak benar..
Hadapi...
Hadapi dengan belajar melepaskan..
Hadapi dengan belajar mengikhlaskan..
Bukankah dewasa sudah semestinya datang ??
Sudah...
Jadi ini cukup..._



Virqi W. Bianti
Semarang, 20 Februari 2014

Selasa, 04 Februari 2014

Yang Tak Terhingga..

Masih tertawa,
Mereka tertawa bahagia menceritakan ini kemudian menceritakan itu, hingga tak berbatas-batas menjadikan cerita itu bertumpuk dan tak terhingga..
Kalau saja, kalau saja pertemuan ini juga bisa menjadi bagian dari kalimat "tak terhingga" ..
Meski sekarang, mereka masih tertawa, masih menceritakan ini dan itu, masih bertengkar dan beradu pendapat dari yang seperti ini sampai yang seperti itu..
Kalau saja, kalau saja bahagia ini juga bisa menjadi bagian dari kalimat "tak terhingga"..
Meski sekarang aku masih bisa melihat mereka tertawa dan bertengkar seindah itu, berbicara dengan nada tinggi hingga rendah seperti barisan nada-nada lagu, dari DO rendah hingga oktaf tertinggi..
Kemudian bertanya ini dan bertanya itu, mencurahkan rasa ini dan rasa itu.. Bahagia yang ini atau Kesedihan yang itu..
Kalau saja, kalau saja perasaan seperti ini juga bisa menjadi bagian dari kalimat "tak terhingga"..

Masih disini, dikamarku..
Di tempat yang pernah ditinggalkan ceritanya,
dari yang berbahagia, hingga yang menyakitkan sekalipun,
dari yang tertawa, hingga yang menangis pun juga ADA..
Hingga aku suka menuliskan kata ADA di tiap kalimat-kalimatku..
Karena sekarang masih sama..
Masih ADA ditempat yang sama, dikamarku..
tempat yang masih ingin aku jadikan juga bagian dari kalimat "tak terhingga" karena bersedia untuk menjadikan dirinya bagian dari ceritaku, dari salah satu deretan bahagia dan sedihku.. Yang meninggalkan kenangannya yang "tak terhingga"..

Dari bagian yang ini hingga bagian yang itu..
Aku menjadikan semua kenangan ini adalah bagian dari kalimat "Tak Terhingga" karena mampu menciptakan memory card baru di syaraf pengingatku, yang meski akan ditinggalkan, masih selalu akan terkenang dalam-dalam.....
Yang ini.. Yang itu.. Yang tak terhingga...

Kepada Suamiku .. ..

Bolehkah aku tuntun matahari kembali ke peraduannya ketika petang mulai datang?
Aku merasa takut kehilangan siang karena terbiasa dengan terang, juga takut rembulan tidak datang karena takut akan kelam...
Hingga terbiasa berdiri hati-hati menanti pagi, dan menyingkir pelan-pelan menghilang dari malam..
Sampai kemudian kamu datang..
Bukan tidak lagi peduli akan matahari atau rembulan, juga kepada siang dan malam,
Tetapi lebih dari itu..
Di siangku aku menemukan matahari pada senyummu..
Dan di malamku aku menemukan rembulan di lembutnya sapamu..
Jadi entah siang dan malam pun itu, bagiku selama ada kamu, itu membahagiakan..
Lebih dari sekedar bahagia menjadi pendamping yang kau dambakan,
Lebih dari sekedar cinta karena dicintai oleh seseorang yang mencintai Tuhanku,
Lebih dari sekedar sayang karena dipercayai menjadi istri yang berdiri disisimu,
Juga menjadi calon Ibu yang siap memupuk kasih dan sayang untuk anak-anak ku, juga anak-anakmu..
Karena terlebih dari itu.. Membangun bahagia bersamamu adalah hadiah dari Tuhan yang paling Indah karena terjadi dihidupku..
Entah sampai batas nafas kapan pun itu, meski tidak bisa memberi janji sehebat apapun itu,
Aku akan berusaha menjadi Payung yang bersedia meneduhkanmu ketika sendu menderai dihatimu, ketika badai menerpa hidupmu, ketika musibah mencari-cari cara untuk melumpuhkanmu.. Aku berusaha ADA, selama Tuhan masih mengizinkanku untuk ADA.. Untukmu pastinya..
Suamiku..
Satu-satunya cinta kepada kaum Adam yang akan aku jaga hidupnya karena menjanjikan hidupnya untuk menjaga hidupku.....

Selamat menempuh Jendela Hidup Baru sahabatku..
Fatmala Ajeng Pekerti beserta Suami..
Semoga menjadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah..
Amien Yaa Rabbal’alamin..
Hanya bisa sampai tulisanku dan harapan ku untuk bahagiamu selalu..
Sahabatmu yang sedang Jauh di Daerah Orang..


Virqi Wahyuning Bianti