Selasa, 10 Juni 2014

Aku Pamit, Jika Tuhan berbaik Hati, Aku bisa Kembali..

Aku menuliskan ini beberapa waktu sebelum meninggalkan kota rantauku. Dimana semua hal kisah cinta dan kenangan pernah menjadi satu disini. Hanya 5 tahun mungkin, terkesan baru kemarin datang kemudian sekarang sudah harus pergi. Semarang, kota kenanganku. Dulu, kota ini hanyalah sebatas kota yang aku tau dari pelajaran sosial tentang peta Indonesia, yang jaraknya memang hanya sejengkal jika mengukurnya melalui buku atlas jaman-jaman sekolah dasar dulu. Pernah bermimpi kesini? Tidak. Mengingat pernah akan menginjakkan kaki disinipun tidak pernah. Iya. Ini kota rantauku, kota tanpa planning yang aku datangi sendirian. Tanpa sanak saudara, tanpa tau menau tentang kota ini. Tentang panas dan keringat mengucur yang tidak pernah aku lupa di moment pertama tidur malam disini. Kota pertama yang aku tinggali setelah kota kelahiranku, selain Sumatera tentunya.

Bagaimana menceritakannya? Harus memulai dari awal rasanya jemariku tidak sanggup mengukir kata demi katanya banyak-banyak. Karena pun kisah ini lebih banyak dari pada banyak-banyak sekalipun. Tentang Kuliah? Tentang teman? Tentang sahabat? atau tentang Cinta?. Aah terlalu banyak. Album foto di memory Notebook ku saja sudah berGiga-giga banyaknya. Apalagi album di chip otakku, mungkin sudah hampir ratusan hingga ribuan giga banyaknya.

Iya. Ini hanya kota persinggahan, aku tidak lupa. Sekarang tiba saatnya mengepakkan semua barang-barang dikamarku ini ke dalam kardus-kardus kosong hingga kemudian penuh dan bersih. Bersih memang, tapi hanya barang-barang dikamarku ini yang bersih, tidak dengan kenangannya. Terima kasih. Terima kasih karena bersedia menjadi tempat pelipur sendu, tempat pelipur lelah, tempat pelipur amarah, serta tempat penerima bahagia dan tawa. Mungkin beberapa bulan ke depan tempat ini sudah penuh lagi dengan barang-barang yang lain, dengan penghuni yang lain. Merindukanmu itu pasti, menjaga kenanganmu itu juga pasti. Jadi aku lepaskan pelan-pelan, ikhlas selalu jadi pilihan paling tepat, setelah air mata tentunya...

Terima kasih..
Kota kenanganku..
Lima tahun tidak sebentar untuk melepasmu begitu cepat.
Jika Tuhan masih mengizinkan, suatu saat nanti akan ada waktunya aku kembali. Mengenang lagi.
Jadi sekarang aku pamit pergi. 

Semarang, 10 Juni 2014
VIRQI