Selasa, 12 November 2013

Hujan dan Piawainya Sang Teduh..

Sebelum sekarang hujan menderai sederas ini,
aku masih berkeringat karena terik mentari yang menyengat semenjak tadi pagi...
Sekarang sudah semakin sore, dan sebentar lagi petang menjemput malam.
Hujan ini sedang asik memandikan bumi dengan airnya..
Kemudian menjadikan waktu beberapa jedaku terkulai kaku karena harus mengingat(mu), yang (pernah) ada..
dulu..
saat hujan mampu menawan mu bersamaku agar bisa lama dan lebih lama lagi berdua denganmu..
atau setidaknya menatap senyumanmu lebih lama.
Bergurau dan bercanda tawa sebahagia itu..

Juga mengingat beberapa bahagia saat berlari-larian ditengah lapangan sekolah jaman putih abu-abu ku (dulu)..
dan mulai lupa akan usia karena terlalu asik menyulam tawa serta gelak canda yang seramai itu..
seindah itu..
Aku ingat.. lalu menderaikan beberapa tetes air mata sambil menatap Hujan yang semenjak tadi masih senang juga menyiramiku dengan cipratan-cipratan kecilnya..
Dingin.. 
Tapi indah...


Aku Rindu..
Jika hujan datang dan aku sendirian, fikiranku menjadi tidak karuan..
Masih merindukan banyak hal yang sekarang hanya bisa diulangi dalam "ingatan", merasakan indahnya hanya bisa di dalam sana, di "ingatan".

Karena
Yang paling menggemaskan dari Hujan adalah "Kenangannya"..
Tentang bau tanah..
Tentang deras atau gerimis..
Tentang jalan yang tak nampak oleh kabut...
Juga tentang cerita dimana ada secuplik bahagia yang dulu (pernah ada)..
Tapi nyatanya itu hanya ada saat Hujan turun..
Karena pada akhirnya Teduh menjanjikan bahagia yang lebih indah....

Seindah memikirkan bahwa yang indah adalah KITA yang mengkreasikan cinta dengan Bahagia nya masing-masing..
dengan ceritanya masing-masing..
Begitulah teduh berani menjanjikan yang lebih..
dan KITA.. pun harus berani menjanjikan diri sendiri untuk berani bermimpi lebih...
kepada Hujan untuk Teduh..

Hai Hujan yang menunggu Teduh dengan Senyuman 



Virqi W. Bianti
Sebuah cinta untuk Hujan..
dan Sebuah sayang untuk Penantian Teduh..
Semarang, 121113.

Read More...... Sebelum sekarang hujan menderai sederas ini,
aku masih berkeringat karena terik mentari yang menyengat semenjak tadi pagi...
Sekarang sudah semakin sore, dan sebentar lagi petang menjemput malam.
Hujan ini sedang asik memandikan bumi dengan airnya..
Kemudian menjadikan waktu beberapa jedaku terkulai kaku karena harus mengingat(mu), yang (pernah) ada..
dulu..
saat hujan mampu menawan mu bersamaku agar bisa lama dan lebih lama lagi berdua denganmu..
atau setidaknya menatap senyumanmu lebih lama.
Bergurau dan bercanda tawa sebahagia itu..

Juga mengingat beberapa bahagia saat berlari-larian ditengah lapangan sekolah jaman putih abu-abu ku (dulu)..
dan mulai lupa akan usia karena terlalu asik menyulam tawa serta gelak canda yang seramai itu..
seindah itu..
Aku ingat.. lalu menderaikan beberapa tetes air mata sambil menatap Hujan yang semenjak tadi masih senang juga menyiramiku dengan cipratan-cipratan kecilnya..
Dingin.. 
Tapi indah...


Aku Rindu..
Jika hujan datang dan aku sendirian, fikiranku menjadi tidak karuan..
Masih merindukan banyak hal yang sekarang hanya bisa diulangi dalam "ingatan", merasakan indahnya hanya bisa di dalam sana, di "ingatan".

Karena
Yang paling menggemaskan dari Hujan adalah "Kenangannya"..
Tentang bau tanah..
Tentang deras atau gerimis..
Tentang jalan yang tak nampak oleh kabut...
Juga tentang cerita dimana ada secuplik bahagia yang dulu (pernah ada)..
Tapi nyatanya itu hanya ada saat Hujan turun..
Karena pada akhirnya Teduh menjanjikan bahagia yang lebih indah....

Seindah memikirkan bahwa yang indah adalah KITA yang mengkreasikan cinta dengan Bahagia nya masing-masing..
dengan ceritanya masing-masing..
Begitulah teduh berani menjanjikan yang lebih..
dan KITA.. pun harus berani menjanjikan diri sendiri untuk berani bermimpi lebih...
kepada Hujan untuk Teduh..

Hai Hujan yang menunggu Teduh dengan Senyuman 



Virqi W. Bianti
Sebuah cinta untuk Hujan..
dan Sebuah sayang untuk Penantian Teduh..
Semarang, 121113.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar