Jumat, 15 November 2013

Karena PERNAH, Lalu....

Aku pernah disakiti, pernah merasa sangat sakit tapi tidak secara fisik melainkan hati. Aku pernah.
Jadi ini bukan hal baru bagiku jika masih ada lagi yang akan mencoba memberi sakit yang lebih banyak lagi ke dalamnya. Karena seberapa hebat pun disakiti berkali-kali, dijatuhkan berkali-kali. Nyatanya hatiku masih sekuat ini, masih seutuh ini, dan masih bisa bangkit pun berkali-kali. Hingga luka dan hinaan hanya akan menjadi bagian yang memang seharusnya ada. Menjadi hal yang sudah sewajarnya ada.



Aku tidak mengeluh, bagaimana bisa aku mengeluh sedangkan hatiku bisa setegar itu berdiri. Dan bisa bangkit lagi meski berjuta-juta kali disayat oleh sembilu. Dari perlakuan yang tak mengenakkan. Dari rasa perihnya ditinggalkan. Dari rasa kecewanya dikhianati. Dari ucapan-ucapan hina yang menghujani. Dari caci maki yang terngiang-ngiang sampai berhari-hari. Apalagi hanya sekedar disakiti karena ingin dibalas dendamkan sejak pernah tanpa sengaja aku sakiti. Aku biasa dengan itu. Aku tidak apa-apa. Bagaimana bisa aku mengeluh? sedangkan hatiku setegar itu :)

Untuk setiap kata. untuk setiap kalimat. untuk setiap laku. untuk setiap perlakuan. untuk tiap-tiap kejadian. Aku pernah jatuh. dan Juga pernah menjatuhkan. Aku pernah disakiti. Aku juga pernah menyakiti. Aku pernah ditinggalkan. Aku juga pernah meninggalkan. Aku pernah di caci maki. Mungkin juga tanpa kusadari aku pernah mencaci maki...
Aku pernah..
Karena pernah lalu aku tidak menghakimi. Justru aku memaklumi. Begitulah rasanya jika berada di posisi "seperti itu". Seperti apapun posisi itu.. Aku tidak berani menghakimi bahwa kamu atau dia, atau mungkin mereka itu KEJI. karena sengaja menjadikan yang semulanya baik-baik saja, menjadi sesakit ini...
Aku baik-baik saja. tidak apa-apa. Aku pernah salah. Pun pernah disalahkan. Jadi aku memaklumi..

Aku tidak apa-apa. Aku baik-baik saja.
Sudah aku jelaskan tadi. Aku pernah salah. Pun pernah disalahkan. Pernah jatuh. Pun pernah menjatuhkan. Pernah disakiti. Pun pernah menyakiti. Pernah di benci. Pun pernah membenci. Pernah dikhianati. Pun pernah mengkhianati.
Karena PERNAH lalu aku tidak menghakimi. Justru aku memaklumi..
Jadi..coba tukar posisimu menjadi posisiku. Lalu kita ulangi kalimatku tadi. Kalimat itu sudah aku ulangi DUA kali..
Sekarang yang terakhir. Iya. Karena PERNAH lalu aku tidak menghakimi. Aku lebih suka memaklumi.

Virqi,
Semarang 15 Nov'13

Read More...... Aku pernah disakiti, pernah merasa sangat sakit tapi tidak secara fisik melainkan hati. Aku pernah.
Jadi ini bukan hal baru bagiku jika masih ada lagi yang akan mencoba memberi sakit yang lebih banyak lagi ke dalamnya. Karena seberapa hebat pun disakiti berkali-kali, dijatuhkan berkali-kali. Nyatanya hatiku masih sekuat ini, masih seutuh ini, dan masih bisa bangkit pun berkali-kali. Hingga luka dan hinaan hanya akan menjadi bagian yang memang seharusnya ada. Menjadi hal yang sudah sewajarnya ada.



Aku tidak mengeluh, bagaimana bisa aku mengeluh sedangkan hatiku bisa setegar itu berdiri. Dan bisa bangkit lagi meski berjuta-juta kali disayat oleh sembilu. Dari perlakuan yang tak mengenakkan. Dari rasa perihnya ditinggalkan. Dari rasa kecewanya dikhianati. Dari ucapan-ucapan hina yang menghujani. Dari caci maki yang terngiang-ngiang sampai berhari-hari. Apalagi hanya sekedar disakiti karena ingin dibalas dendamkan sejak pernah tanpa sengaja aku sakiti. Aku biasa dengan itu. Aku tidak apa-apa. Bagaimana bisa aku mengeluh? sedangkan hatiku setegar itu :)

Untuk setiap kata. untuk setiap kalimat. untuk setiap laku. untuk setiap perlakuan. untuk tiap-tiap kejadian. Aku pernah jatuh. dan Juga pernah menjatuhkan. Aku pernah disakiti. Aku juga pernah menyakiti. Aku pernah ditinggalkan. Aku juga pernah meninggalkan. Aku pernah di caci maki. Mungkin juga tanpa kusadari aku pernah mencaci maki...
Aku pernah..
Karena pernah lalu aku tidak menghakimi. Justru aku memaklumi. Begitulah rasanya jika berada di posisi "seperti itu". Seperti apapun posisi itu.. Aku tidak berani menghakimi bahwa kamu atau dia, atau mungkin mereka itu KEJI. karena sengaja menjadikan yang semulanya baik-baik saja, menjadi sesakit ini...
Aku baik-baik saja. tidak apa-apa. Aku pernah salah. Pun pernah disalahkan. Jadi aku memaklumi..

Aku tidak apa-apa. Aku baik-baik saja.
Sudah aku jelaskan tadi. Aku pernah salah. Pun pernah disalahkan. Pernah jatuh. Pun pernah menjatuhkan. Pernah disakiti. Pun pernah menyakiti. Pernah di benci. Pun pernah membenci. Pernah dikhianati. Pun pernah mengkhianati.
Karena PERNAH lalu aku tidak menghakimi. Justru aku memaklumi..
Jadi..coba tukar posisimu menjadi posisiku. Lalu kita ulangi kalimatku tadi. Kalimat itu sudah aku ulangi DUA kali..
Sekarang yang terakhir. Iya. Karena PERNAH lalu aku tidak menghakimi. Aku lebih suka memaklumi.

Virqi,
Semarang 15 Nov'13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar